semua ada waktunya

Bismillah
                Semua ada waktunya, anak akan belajar pada fase pertumbuhannya dengan baik dengan stimulus yang baik dari para orang tuanya. Ini terjadi pada anak saya yang ketiga, yaitu eca. Saat anak-anak kami sudah beranjak dewasa, maka yang harus kami fikirkan adalah mereka harus punya kamar sendiri, agar tidurnya tidak bersatu lagi. Dan kami pun sepakat untuk merenovasi rumah untuk membuat kamar untuk anak-anak kami. Alhamdulillah, suami ada rezeki maka kami bisa merenovasi rumah.
Saat rumah sedang direnovasi, kami, saya dan suami berdiskusi dengan anak-anak, terutama dengan kedua anak saya yang sudah agak besar dan bisa diajak bediskusi. Saya bertanya pada mereka posisi kamar mereka, maunya dimana, dan mereka pun langsung antusias memilih posisi kamar mereka. Tapi berbeda dengan eca, dia tidak mau punya kamar sendiri, tidurnya mau dengan saya. Kami pun kebingungan, tapi akhirnya kamipun mengalah, eca masih tidur dengan kami. Dan kamar yang mulanya untuk eca, kami alih fungikan menjadi tempat setrika. Eca pun tidur dengan kami sampai sekarang.
Tapi minggu-minggu kemarin saya tanya lagi pada dia, apakah dia pengen punya kamar sendiri, dengan alasan dia sudah besar, sudah masuk tk. Saya memperhatikan dia dan diapun berusaha berfikir. Kami tidak memaksa dia, kami hanya memberikan saran. Alhamdulillah kami tidak terlalu susah untuk membujuk dia, karena ketika kami menawarkannya kamar, dia langsung mau, walupun sempat berfikir dulu dan kamipun segera membereskan kamar untuk dia, yaitu kamar yang dijadikan tempat setrika. Kami semua bergotong royong untuk membersihkan kamar tersebut. Eca pun antusias membersihkan kamar barunya, bahkan dia pun mempercantik kamar dia sendiri. Alhamdulillah.
Kesimpulan saya, semua ada waktunya. Semua anak akan mengalami fase perubahan dalam kehidupannya. Anak akan belajar dari pengalaman hidupnya, dan anak akan memutuskan sesuatu untuk kebaikan dirinya sendiri. Orang tua tidak bisa memaksa kehendak anak, tapi orang tua harus mengarahkan anak untuk belajar mandiri dan belajar dari pengalamannya. Salah satu contoh lagi yaitu dalam hal membaca. Saya orang yang tidak pernah memaksa anak untuk belajar membaca dan bisa membaca, yang saya lakukan adalah mengarahkan dia untuk senang dengan buku. Oleh karena itu, saya menjadwalkan membacakan buku pada anak saya sebelum tidur, atau di waktu-waktu senggang dia. Dengan tidak ada paksaan. Karena saya yakin, bahwa semua ada waktunya. Ketika anak sudah siap untuk belajar membaca dan bisa baca, maka dengan sendirinya rasa ingin  tahu anak mengenai bacaan akan muncul, dari sanalah kita mengajarkannya membaca. Memang semua anak sifatnya berbeda-beda, oleh karena itu kita sebagai orang tua tidak boleh menyamaratakan kemampuan anak.
“Orang tua adalah guru, pembimbing, pemimpin, pelindung, dan penyedia bagi anak-anak mereka.” ---Iyanla Vanzant (dari buku Parenthink-Mona Ratuliu).

Alhamdulillah 

#ODOPfor99days2017
#tulisanke8



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita tentang Allah Maha Mendengar

Cerita Asmaul Husna Al-Waliy (Maha Menguasai)

Review ceramah ustad chaidir ramli mengenai syukur nikmat