NHW#3 membangun peradaban dari dalam rumah
NHW#3
Membangun peradaban dari dalam rumah
alhamdulillah, akhirnya matrikulasi batch 2 sudah sampai pada materi yang ke 3. materi ke 3 ini bertema "membangun peradaban dari dalam rumah".
materi ini berisi tentang bagaimana orang tua menjadikan rumah sebagai gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya.
kadang saya befikir, apakah saya bisa melakukan nya? membangun peradaban dalam rumah?
sementara saya pun harus banyak belajar tentang kehidupan, masih banyak kekurangan dalam diri, masih banyak yang harus saya kembangkan potensi diri ini. pertanyaan seperti itulah yang muncul dalam diri saya saat saya membaca materi ke 3. sebenarnya saat membaca materi matrikulasi mengenai membangun peradaban dari dalam rumah ini, dan harus mengerjakan NHW3, keadaan hati saya sedang diombang-ambing, perasaan yang campur aduk, menguras emosi, sehingga saya sempat pesimis tidak bisa membuat NHW3, karena tidak akan fokus, fikiran sedang tidak bersahabat dengan kondisi diri. tapi kemudian saya sadar, tidak ada gunanya saya berkutat dengan emosi, tidak akan ada selesai nya kalau saya terus mengikuti hawa nafsu. maka, kalau tidak sekarang, kapan lagi, saya harus terus bergerak, tidak ada kata terlambat, sekarang atau tidak sama sekali. karena benar sekali dengan salah satu isi materi ke 3 ini yaitu bahwa Sang Maha Pencipta menhadirkan kita di muka bumi ini sedah dilengkapi dengan "misi spesifiknya", tugas kita memahami kehendaknya.
akhirnya saya pun siap mengerjakan NHW3
Membangun peradaban dari dalam rumah
alhamdulillah, akhirnya matrikulasi batch 2 sudah sampai pada materi yang ke 3. materi ke 3 ini bertema "membangun peradaban dari dalam rumah".
materi ini berisi tentang bagaimana orang tua menjadikan rumah sebagai gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya.
kadang saya befikir, apakah saya bisa melakukan nya? membangun peradaban dalam rumah?
sementara saya pun harus banyak belajar tentang kehidupan, masih banyak kekurangan dalam diri, masih banyak yang harus saya kembangkan potensi diri ini. pertanyaan seperti itulah yang muncul dalam diri saya saat saya membaca materi ke 3. sebenarnya saat membaca materi matrikulasi mengenai membangun peradaban dari dalam rumah ini, dan harus mengerjakan NHW3, keadaan hati saya sedang diombang-ambing, perasaan yang campur aduk, menguras emosi, sehingga saya sempat pesimis tidak bisa membuat NHW3, karena tidak akan fokus, fikiran sedang tidak bersahabat dengan kondisi diri. tapi kemudian saya sadar, tidak ada gunanya saya berkutat dengan emosi, tidak akan ada selesai nya kalau saya terus mengikuti hawa nafsu. maka, kalau tidak sekarang, kapan lagi, saya harus terus bergerak, tidak ada kata terlambat, sekarang atau tidak sama sekali. karena benar sekali dengan salah satu isi materi ke 3 ini yaitu bahwa Sang Maha Pencipta menhadirkan kita di muka bumi ini sedah dilengkapi dengan "misi spesifiknya", tugas kita memahami kehendaknya.
akhirnya saya pun siap mengerjakan NHW3
- dengan kondisi emosi yang sedang tidak bersahabat saya harus menulis surat cinta untuk suamiku, berat sebenarnya tugas ini, karena dari awal pernikahan sampai sekarang tidak pernah sekalipun menulis surat cinta, apalagi menerima surat cinta, karena suami cenderung tidak romantis, beliau sifatnya "lempeng" dalam hal mengutarakan cinta, tapi beliau menunjukkannya dalam perbuatan, sikap beliau terhadap saya. tapi saya mencoba membuatnya. pada saat saya menulis surat, fikiran saya kembali ke masa 12 tahun yang lalu, yang mempertemukan kami, Allah yang telah mengatur semuanya, pertemuan yang sangat-sangat tidak terduga, yang akhirnya kami memutuskan untuk membangun rumah tangga. saatnya saya memberikan surat cinta yang saya buat untuk suami. dan menunggu responnya. daaaan....alhamdulillah beliau merespon dengan baik, walaupun beliau tidak berkata-kata tapi saya yakin perasaan beliau kepada saya.
- saya pun melihat anak-anak yang sekarang sudah mulai tumbuh besar. kadang saya tidak sadar bahwa saya sudah punya anak gadis :) dan saya pun melihat potensi mereka. mereka mempunyai potensi yang berbeda-beda. anak saya yang pertama, hasya, yang sekarang menginjak usia 11 tahun dia senang membaca, kadang buku yang baru saya beli untuk dia, dibacanya tidak lebih dari seminggu, dia juga suka mengutak-atik komputer, membuat program, tapi dia belum bisa mengontrol emosi nya, mungkin karena usia nya yang menjelang baligh. anak yang kedua berbeda, hana, dia lebih sabar, lebih bisa mengontrol emosi nya walaupun usia nya masih 10 tahun, dia kuat dan tanggung jawabnya kuat, disiplin, mungkin karena efek dari keikutsertaan dia di klub karate, dan anak yang ketiga, hessa, sangat berbeda dengan kakak-kakanya di usianya yang menginjak 5,5 tahun, dia lebih senang mengatur orang, memetakan setiap kejadian secara detail, memang sih belum terlihat potensi yang lain pada diri hessa, dan saya pun masih menggali potensi mereka agar mereka bisa menjadi pribadi yang baik dan generasi yang unggul dengan potensi mereka masing-masing.
- saya pun melihat diri saya sendiri, saya sangat bersyukur hadir di kehidupan suami, hadir di keluarga ini, yang dimana saya bisa melihat potensi diri, menjadi seorang istri yang bisa menjadi pemberi semangat, memberikan ketenangan dalam hidup beliau, menjadi seorang ibu yang selalu ada buat mereka, menjadi pelindung mereka.
- terakhir saya pun melihat diri saya di lingkungan, saya hadir di lingkungan sekarang sudah sekitar 12 tahun yang lalu, setelah saya menikah, saya langsung dibawa ke lingkungan suami. saya bersyukur berada di lingkungan sekarang, saya bisa menjadi bagian dari warga, berkecimpung di kegiatan warga. semua warga mengenali saya dengan baik, karena saya berusaha menjadi warga yang baik, tetangga yang baik.
salam ibu profesional
Komentar
Posting Komentar